Penulis & Trainer Kontributor: Rahma Wulandari
Pengalaman bertahun-tahun menjadi karyawan membuat Ardi, asal Makassar, lebih berani terjun menjadi wirausaha. Pria ini memberanikan diri masuk ke pasar ikan tuna segar. “Saya mendapatpasokan produk tuna segar sisa ekspor dari distributor di Makassar. Walaupun harganya lebih tinggi dibandingkan ikan lain, kualitasnya terjamin,” ujar Ardi yang berlatar belakang sarjana pertanian.
Ia mengawali usaha dengan peralatan seadanya. Berbekal satu freezer untuk menyimpan stok ikan, dan dibantu oleh istri dan seorang keponakannya untuk membantu mengolah ikan tuna, Ardi mulai menawarkan produk tuna segar ini lewat keluarga dan WhatsApp grup. Produk dikirim langsung dengan jasa ojek online untuk memastikan kesegarannya. “Pembeli Tuna Abbasy rata-rata masih perorangan untuk konsumsi keluarga. Pelanggan tetap kami berasal dari komunitas dokter dan komunitas olahraga yang sudah yakin bisa merasakan banyaknya manfaat kesehatan dari konsumsi ikan tuna.”
Selain tuna loin, tetelan ikan tuna juga cukup laris untuk diolah menjadi abon tuna atau digiling menjadi isian camilan khas Makassar. Ardi juga mencoba mengembangkan produk baru. “Istri saya mencoba mengolah fillet tuna menjadi nugget tuna dan ternyata ada peminatnya.” Namun, yang paling laris tetap tuna loin. Di awal usaha, Ardi bisa menjual sekitar 150kg tuna fillet dan saat ini rata-rata penjualan sudah meningkat menjadi 250kg per bulan.
Ardi selalu berusaha menjaga kesegaran produknya. “Tuna Abbasy tidak menggunakan pengawet. Ikan bisa bertahan segar hingga tiga bulan selama disimpan beku di bawah suhu 18 derajat celcius,” kata Ardi. Setelah mendapat tambahan modal seusai mengikuti kelas Pembekalan Kewirausahaan Tahap Awal Perorangan dari BBPPK & PKK Lembang pada Desember 2020, Ardi langsung membeli alat-alat baru untuk mengolah ikan tuna, termasuk dua freezer. “Ini berguna sekali untuk memastikan ketersediaan stok.”
Selain itu, ia juga memperbaiki kemasan produk dengan tambahan stiker berlogo. Banyak pembeli baru yang tahu produk Tuna Abbasy dari melihat kemasan itu. Pembeli baru masih lebih banyak datang berkat promosi dari mulut ke mulut. Pelanggan yang puas dengan kesegaran produknya dengan senang hati merekomendasikan Tuna Abbasy ke teman-teman mereka.
Dari pelatihan, ia juga menyadari adanya potensi pemasaran lewat online dan menambah varian ukuran kemasan. “Sepulang pelatihan, saya mulai membuat materi promosi online dan akun Instagram. Varian kemasan tuna loin juga ditambah dengan ukuran 500 gram seharga Rp25ribu-Rp30ribu agar bisa lebih terjangkau untuk pembeli dengan bujet terbatas. Selama ini, kami hanya menyediakan kemasan 1kg,” kata Ardi yang mengakui memang sebelumnya baru menyasar pembeli dari kalangan menengah ke atas
“Saat ini saya ingin segera bisa mengurus izin BPOM agar bisa memperluas pasar ke restoran. Sudah banyak permintaan tuna loin untuk bahan baku sashimi di restoran. Saya berharap bisa menaikkan penjualan hingga 500kg per bulan,” katanya mantap.